Senin, 10 Maret 2014

Penyuluhan dan Sosialisasi di kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur regional yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Jawa Barat, yaitu Bandung dan Ibukota Jakarta. Secara geografis, Kabupaten Indramayu berada pada posisi 1070 51’ – 1080 32’ BT dan 060 13’ – 060 40’ LS, dengan luas wilayah  Kabupaten Indramayu seluas kurang lebih 209.942 Ha, dengan panjang pantai kurang lebih 147 Km yang membentang sepanjang pantai utara Laut Jawa antara Kabupaten Cirebon – Kabupaten Subang, dimana sejauh 4 mil dari pantai merupakan kewenangan Kabupaten



secara administratif berbatasan :
  • Sebelah Utara      : Laut Jawa
  • Sebelah Selatan     : Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon
  • Sebelah Barat      : Kabupaten Subang
  • Sebelah Timur      : Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon

Perkembangan wilayah administrasi di Kabupaten Indramayu sampai dengan tahun 2012 terdiri dari 31 kecamatan, 309 desa dan 8 kelurahan. Adapun beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan laut di sepanjang pesisir pantai utara Indramayu sejumlah 11 wilayah kecamatan dengan jumlah wilayah desa sebanyak 38 desa. Keadaan iklim dan cuaca di Kabupaten Indramayu dapat diuraikan sebagai berikut:
  • Curah hujan rata-rata per bulannya adalah 200,08 mm dan rata-rata hari hujan per bulannya 3,25 hari.
  • Tipe iklim di Kabupaten Indramayu menurut klasifikasi Schmid & Ferguson termasuk Iklim Tipe D atau iklim sedang.
  • Suhu udara berkisar antara 270 – 340 C, dengan suhu tertinggi 300 C dan yang terendah 180 C.
  • Kelembaban udara berkisar 70-80%.
  • Curah hujan rata-rata tahunan 1.428,45 mm dengan jumlah hari hujan 75 hari. Curah hujan minimum adalah 47 mm yang terjadi pada bulan Desember, sedangkan curah hujan maksimum adalah 6.024 mm yang terjadi pada bulan Pebruari. Curah hujan tertinggi meliputi Kecamatan Anjatan berkisar 1.869 mm/tahun, Kecamatan Haurgelis berkisar 1.865 mm/tahun. Hari hujan terbanyak adalah Kecamatan Cikedung dan Gabuswetan yaitu sebanyak 94 hari hujan/tahun. 
  • Angin Barat dan Timur bertiup bergantian setiap 5-6 bulan sekali. Angin Barat bertiup bulan Desember sampai April sedangkan angin TImur bertiup bulan Mei sampai Nopember. Selama periode 14 tahun (1980-1993), angin umumnya berasal dari barat laut (29,35%), timur laut (22,01%) dan utara (18,32%).
  • Kecepatan angin di wilayah pesisir Indramayu umumnya (41,35%) bertiup dengan kisaran 3-5 m/det, sedangkan (0,62%) kecepatan angin sangat lemah yaitu < 1m/det yang dapat diklasifikasikan pada kondisi teduh.
Berdasarkan kondisi geografis dan fisiografi wilayah yang merupakan dataran rendah dan pantai serta berada pada bagian hilir daerah aliran sungai yang besar, yaitu DAS Cimanuk dan DAS Cipunagara serta SWS Citarum dan SWS Cimanuk- Cisanggarung. Kabupaten Indramayu menjadi salah satu wilayah di Jawa Barat sebagai daerah sentra pertanian dan merupakan daerah penyangga pengadaan stok pangan Provinsi dan Nasional.

  • Daerah Aliran Sungai (DAS)

Wilayah Kabupaten Indramayu memiliki 14 aliran sungai yang mengalir ke arah utara yaitu ke Laut Utara Jawa dan sungai yang tergolong besar adalah Sungai Cimanuk, Sungai Cipanas, Sungai Cipunegara, Sungai Cilalanang, Sungai Kumpulkuista, Sungai Pamengkang dan Sungai Cimanis.

  • Satuan Wilayah Sungai (SWS)

SWS Citarum di wilayah pantai Jawa Barat bagian utara merupakan bagian dari SWS Citarum Hilir yang mempunyai luas 6.154 km² (sekitar 30% dari luas SWS Citarum). SWS Kabupaten Indramayu mempunyai luas 648 km². Aliran rata-rata di bagian hilir mencapai 13,0 milyar m³/tahun yang dimanfaatkan untuk keperluan pertanian, industri dan sebagainya.
SWS Cimanuk termasuk wilayah kewenangan Provinsi Jawa Barat dan mempunyai luas 4.325 km². Wilayah Kabupaten Indramayu termasuk kedalam SWS Cimanuk dengan luas 1.238 km². Potensi aliran rata-rata mencapai kapasitas sebesar 4,0 milyar m³/tahun.

  • Potensi Sumber Air

Wilayah Kabupaten Indramayu yang memiliki kemampuan sebagai lahan mata air di wilayah bagian selatan Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung dan sebagian besar di Wilayah Kabupaten Indramayu mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air tanah dangkal), sedangkan kemampuan lahan hidrologi pantai sangat mempengaruhi tata air dengan fungsi penahan intrusi air laut dan abrasi pantai. Kawasan pantai terdapat di sepanjang pantai timur dan utara Indramayu termasuk sebagian Kecamatan Krangkeng, Juntinyuat, Balongan, Indramayu, Pasekan, Cantigi, Losarang, Karangampel, Kandanghaur, Patrol dan Sukra. Kemampuan hidrologi pantai ini dibagi dua zona yaitu zona pantai dan zona rawa.
Air tanah tawar dapat diperoleh dengan cara membuat sumur bor dalam yang selanjutnya akan memancarkan air tanah tawar. Daerah Kedungdawa-Kedokan-Gabus-Cibereng-Losarang, merupakan akumulasi air tanah dalam tawar yang cukup besar, serta juga di sekitar Jatibarang-Krasak-Kaplongan-Jengkok. Kualitas air tanah tertekan umumnya cukup baik, air bening, pH berkisar antara 6,43 – 8,53. kandungan Cl di bagian selatan jalur jalan provinsi umumnya rendah yaitu antara 11,2 – 582,6 mg/l. Beberapa air tanah dangkal yang diambil di Desa Lohbener, Juntinyuat, Sindang dan Krangkeng menunjukkan kandungan Cl cukup tinggi antara 603-3.120 mg/l, bahkan mencapai 111,0 mg/l yaitu Desa Krangkeng.

Di kabupaten Indramayu, penyuluhan dan sosialisasi kekeringan dan anomali cuaca ini dilakukan di desa Tugu Kecamatan Sliyeg. Tempat yang digunakan untuk kegiatan adalah ruang pertemuan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)  Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.

Peserta kegiatan  adalah para petani anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang ada di Kecamatan Sliyeg  yang  Jumlah adalah 14 kelompok tani dengan jumlah anggota lebih dari 800 orang petani..
Waktu kegiatan penyuluhan dan sosialisasi  disepakati selama tiga hari, mengingat peserta yang diundang cukup banyak dan ruang yang digunakan terbatas

Pada pelaksanaannya, kegiatan penyuluhan di Kabupaten Indramayu ini dilakukan dari jam 09.00 WIB samapi jam 16.00 WIB.  Kegiatan  penyuluhan dan sosialisasi ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama jam 09.00 sampai jam 12.00 WIB. Kemudian setelah diselingi istirahat untuk makan siang dan shalat  Dzuhur dilanjutkan dengan sesi kedua  yang dimulai pada jam 13.00 dan berakhir pada jam 16.00, sehingga secara keseluruhan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi  yang dilakukan di Kabupaten Indramayu ini terdiri dari enam sesi.

Pada kegiataan penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan, tidak seluruh anggota kelompok hadir tetapi hanya perwakilannya saja dengan jumlah seluruh peserta sebanyak 100 orang. Selain perwakilan petani  anggota Gapoktan sebagai peserta kegiatan, pada kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kekeringan dan anomali cuaca di Kabupaten Indramayu ini dihadiri juga oleh perwakilan dari aparat pemerintahan setempat.

Materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan dan sosialisasi ini terdiri dari tiga materi yang terbagi atas 6 sesi.  Dua sesi Materi pertama adalah tentang Adaptasi Perubahan iklim pada sektor pertanian. Dua sesi Materi kedua adalah tentang  Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Usaha Tani Padi. Dua sesi Materi ketiga adalah tentang Pupuk Hayati.

Dalam setiap sesi, kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh nara sumber, terakhir dilakukan diskusi dan tanya jawab dan diakhiri dengan kesimpulan oleh moderator.

Materi 1. Antisipasi Dampak Perubahan iklim untuk Bidang Pertanian; Materi ini disampaikan oleh : Dr. Santi Rosniawati, Sp.,   dosen dari Fakultas Pertanian UNPAD.

Materi ini memaparkan tentang  Indikasi perubahan iklim, Sifat dampak perubahan iklim pada sektor pertanian. Dalam pemaparannya dijelaskan tentang bagaimana dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, Pendekatan terhadap cuaca agar tidak menjadi faktor pembatas bagi pertanian, adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim melalui pengelolaan tanamanan, adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim melalui pengelolaan sumber daya air dan  strategi budidaya tanaman yaitu menanam tanaman tahan kekeringan dan genangan, dan pengaturan pola tanam.

Materi 2.   Dampak Perubahan Iklim Global terhadap Usaha Tani Padi  Materi ini disampaikan oleh : Idrus Hasmi, Sp.  Peneliti dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Subang.

Dalam pemaparannya,  dijelaskan tentang berbagai varietas padi yang tahan terhadap kekeringan dan banjir yang dapat digunakan petani. Pengembangan system pertanian yang berkelanjutan melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu. Penetapan teknologi yang bersifat spesifik lokasi dan direkomendasikan varietas-varietas unggulan dari BPP untuk daerah yang mengalami genangan dan atau kekeringan. Dengan pemaparan seperti ini diharapkan petani mengetahui dampak perubahan iklim global terhadap system usaha tani padi, dan mengetahui penanggulangan yang akan dilakukan pada system usaha tani padi pada kondisi pemanasan global serta mau menggunakan varietas varietas unggulan yang tahan terhadap kekeringan maupun tahan kebasahan.

Materi 3.   Pupuk Hayati ;  materi ini disampaikan oleh Dr. Ir Betty Natalie, dosen dari  Fakultas Pertanian UNPAD.

Materi yang dipaparkan adalah tentang pemanfaatan pupuk organik yang dalam kondisi kekeringan dapat mempertahankan kelembahan tanah. Efektifitas  penggunaan pupuk hayati  dalam mensuplai nutrisi bagi tanaman karena memiliki kandungan mikroorganisma yang menguntungkan bagi tanaman, dan pemaparan tentang bagaimana membuat pupuk hayati, dan bagaimana membiakkan mikroorganisme yang bermanfaat secara sederhana dari bahan-bahan organik yang selama ini  dianggap sebagai sampah. Dan memaparkan tentang beragam jenis mikro organisme di alam yang berperan sebagai penyubur alami.   Selain itu dijelaskan juga tentang pemanfaatan mikro organisme ini sebagai pupuk hayati dalam dunia pertanian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar